KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah,
puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah dan nikmat yang tidak ternilai harganya. Sholawat
serta salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabatnya. Atas izinNya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul : KENAKALAN
REMAJA DI INDONESIA.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui penyebab-penyebab apa sebenarrnya yang terjadi hingga
terjadi kenakalan remaja di Indonesia dan langkah-langkah mengatasinya.
Dalam penyusunan
makalah ini, penulis banyak melibatkan pihak
yang telah rela meluangkan waktu untuk memberikan bantuan, saran, bimbingan
serta informasi-informasi yang diperlukan. Untuk itu, dengan kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih.
Dengan menyadari
terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, tiada gading yang
tak retak, maka kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Penulis berharap semoga makalah
ini bermanfaat bagi mereka yang memerlukannya dan senantiasa mendapat ridho
Allah SWT. Amin……
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Kediri,
11 Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
SAMPUL ......................................................................................... i
KATA
PENGANTAR…………………………………........................................ ii
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………....
iii
BAB
I. PENDAHULUAN……………………………………………………....... 1
A.
LATAR BELAKANG
MASALAH…………………………….... 1
B.
RUMUSAN MASALAH……………....……………………….... 1
C.
TUJUAN PEMBAHASAN…………...………………………...... 1
BAB
II. KAJIAN PUSTAKA
………........…………………………………….... 2
A. PENGERTIAN REMAJA ……..........................................................
2
B. CIRI-CIRI REMAJA…………………………………........................ 3
C. PSIKOLOGI REMAJA……………………………..............…….….. 5
D. KENAKALAN REMAJA………………............................................ 5
E. PENYEBAB KENAKALAN
REMAJA............................................. 6
F.
PERANAN KELUARGA
TERHADAP KENAKALAN REMAJA.... 7
G. PERGAULAN
REMAJA..................................................................... 9
H. REMAJA DAN LINGKUNGAN
SOSIAL.......................................... 9
BAB III. SARAN DAN
KESIMPULAN..............…………………..................... 11
A.
SARAN ………................................................................................... 11
B. KESIMPULAN…................................................................................ 11
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masa remaja sering
dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak
yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi,
menarik diri dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah,
sekolah, atau di lingkungan pertemanannya.
Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja. Tindakan kenakalan remaja sangat beranekaragam dan bervariasi dan lebih terbatas jika dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Juga motivasi para remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami misalnya : pencurian yang dilakukan oleh seorang remaja, hanya untuk memberikan hadiah kepada mereka yang disukainya dengan maksud untuk membuat kesan impresif yang baik atau mengagumkan.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja. Tindakan kenakalan remaja sangat beranekaragam dan bervariasi dan lebih terbatas jika dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Juga motivasi para remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami misalnya : pencurian yang dilakukan oleh seorang remaja, hanya untuk memberikan hadiah kepada mereka yang disukainya dengan maksud untuk membuat kesan impresif yang baik atau mengagumkan.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian remaja?
b. Bagaimana perkembangan psikologi remaja?
c. Apa macam-macam kenakalan remaja ?
d. Apa penyebab kenakalan remaja?
e. Bagaimana solusi untuk mengatasi kenakalan remaja?
1.3 Tujuan Pembahasan
a. Mengetahui pengertian remaja dan ciri cirinya
b. Mengetahui perkembangan psikologi remaja pada saat ini
c. Mengetahui macam-macam kenakalan remaja
d. Mengetahui penyebab kenakalan remaja
e. Mengetahui solusi untuk mengatasi kenakalan remaja.
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Remaja
Remaja
adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia
tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa
peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa
peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun
sampai 21 tahun.
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari
masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira
10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja
bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan
yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual
seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya
suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat
menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak
menghabiskan waktu di luar keluarga.
Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah
tidak termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa
atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa
masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena
remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa
remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa
anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah
antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang
waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu :
a. 12-15 tahun
b. Masa remaja awal 15-18 tahun
c. Masa remaja pertengahan 18-21 tahun
d. Masa remaja akhir.
2.2 Ciri- Ciri Remaja
Mengenai ciri-ciri remaja tidak mesti dilihat dari satu sisi,
tetapi dapat dilihat dari berbagai segi. Misalnya dari segi usia, perkembangan
fisik, phisikis, dan perilaku. Menurut Gayo (1990: 638-639) ciri-ciri remaja
usianya berkisar 12-20 tahun yang dibagi dalam tiga fase yaitu; Adolensi diri,
adolensi menengah, dan adolensi akhir. Penjelasan ketiga fase ini sebagai
berikut.
a.
Adolensi dini
Fase ini berarti preokupasi seksual yang meninggi yang
tidak jarang menurunkan daya kreatif/ ketekunan, mulai renggang dengan orang
tuanya dan membentuk kelompok kawan atau sahabat karib, tinggah laku kurang
dapat dipertanggungjawabkan. Seperti perilaku di luar kebiasaan, delikuen,dan
maniakal atau defresif.
b.
Adolensi menengah
Fase ini memiliki umum: Hubungan dengan kawan dari lawan jenis
mulai meningkat pentingnya, fantasi dan fanatisme terhadap berbagai aliran,
misalnya, mistik, musik, dan lain-lain. Menduduki tempat yang kuat dalam
perioritasnya, politik dan kebudayaan mulai menyita perhatiannya sehingga
kritik…..tidak jarang dilontarkan kepada keluarga dan masyarakat yang dianggap
salah dan tidak benar, seksualitas mulai tampak dalam ruang atau skala
identifikasi, dan desploritas lebih terarah untuk meminta bantuan.
c. Adolesensi akhir
Masa ini remaja mulai lebih luas, mantap, dari dewasa
dalam ruang lingkup penghayatannya .Ia lebih bersifat ‘menerima’dan ‘mengerti’
malahan sudah mulai menghargai sikap orang/pihak lain yang mungkin sebelumnya
ditolak. Memiliki karier tertentu dan sikap kedudukan, kultural, politik,
maupun etikanya lebih mendekati orang tuanya. Bila kondisinya kurang
menguntungkan, maka masa turut diperpanjang dengan konsekuensi .imitasi, bosan,
dan merosot tahap kesulitan jiwanya. Memerlukan bimbingan dengan baik dan
bijaksana, dari orang-orang di sekitarnya.
Argumen
lain tentang ciri-ciri remaja dan berbagai sudut pandang dikemukakan oleh
Mustaqim dan Abdul Wahid (1991:49-50). Menurutnya pada masa remaja umumnya
telah duduk dalam bangku sekolah lanjutan. Pada permulaan periode anak
mengalami perubahan-perubahan jasmani yang berwujud tanda-tanda kelamin
sekunder seperti kumis, jenggot, atau suara berubah pada laki-laki. Lengan dan
kaki mengalami pertumbuhan yang cepat sekali sehingga anak-anak menjadi
canggung dan kaku. Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang dapat menimbulkan
gangguan phisikis anak.
Perubahan rohani juga timbul remaja telah mulai berfikir
abstrak, ingatan logis makin lama makin lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis
yang satu dengan yang lain tidak dalam keadaan seimbang akibatnya anak sering
mengalami pertentangan batin dan gangguan, yang biasa disebut gangguan
integrasi. Kehidupan sosial anak remaja juga berkembang sangat luas. Akibatnya
anak berusaha melepaskan diri darikekangan orang tua untuk mendapatkan
kebebasan, meskipun di sisi lain masih tergantung pada orang tua. Dengan
demikian terjadi pertentangan antara hasrat kebebasan dan perasaan tergantung.
(Mustaqim dan Abdul Wahid, 1991:50).
Lebih lanjut dikatakan Mustaqim dan Abdul Wahid, pada masa remaja akhir umumnya telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama, kesusilaan, kebenaran dan kebaikan. Masa ini biasa disebut masa pembentukan dan menentuan nilai dan cita-cita.Lain dari pada itu anak mulai berfikir tentang tanggung jawab sosial, agama moral, anak mulai berpandangan realistik, mulai mengarahkan perhatian pada teman hidupnya kelak, kematangan jasmani dan rohani, memiliki keyakinan dan pendirian yang tetap serta berusaha mengabdikan diri dimasyarakat juga ciri remaja yang menonjol, tetapi hanya remaja yang sudah hampir masuk dewasa.
Lebih lanjut dikatakan Mustaqim dan Abdul Wahid, pada masa remaja akhir umumnya telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama, kesusilaan, kebenaran dan kebaikan. Masa ini biasa disebut masa pembentukan dan menentuan nilai dan cita-cita.Lain dari pada itu anak mulai berfikir tentang tanggung jawab sosial, agama moral, anak mulai berpandangan realistik, mulai mengarahkan perhatian pada teman hidupnya kelak, kematangan jasmani dan rohani, memiliki keyakinan dan pendirian yang tetap serta berusaha mengabdikan diri dimasyarakat juga ciri remaja yang menonjol, tetapi hanya remaja yang sudah hampir masuk dewasa.
Sedangkan menurut Hurlock
(1999) ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting, karena perkembangan fisik, mental yang cepat dan penting dan adanya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan, adanya suatu perubahan sikap dan perilaku dari anak-anak ke menuju dewasa.
a. Masa remaja sebagai periode yang penting, karena perkembangan fisik, mental yang cepat dan penting dan adanya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan, adanya suatu perubahan sikap dan perilaku dari anak-anak ke menuju dewasa.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, karena ada 5 perubahan
yang bersifat universal yaitu perubahan emosi, tubuh, minat dan pola perilaku,
dan perubahan nilai.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah, karena pada masa kanak-kanak masalah-masalahnya sebagian besar diselesikan oleh guru dan orang tua sehingga kebanyakan remaja kurang berpengalaman dalam mengatasi masalah.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah, karena pada masa kanak-kanak masalah-masalahnya sebagian besar diselesikan oleh guru dan orang tua sehingga kebanyakan remaja kurang berpengalaman dalam mengatasi masalah.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas, karena remaja
berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena
adanya anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak
rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak, menyebabkan orang
dewasa harus membimbing dan mengawasi.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Karena remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, karena remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan orang dewasa.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Karena remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, karena remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan orang dewasa.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa ciri ciri masa remaja
adalah merupakan periode yang penting, periode perubahan,
peralihan, usia yang bermasalah, pencarian identitas, usia yang menimbulkan ketakutan,
masa yang tidak realistik dan ambang masa kedewasaan.
2.3 Psikologi Remaja
Ciri perkembangan
psikologis remaja adalah adanya emosi yang meledak-ledak, sulit
dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa) dan kemudian melawan dan
memberontak. Emosi tidak terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang
senang dialami remaja. Oleh karena itu, perkembangan psikologis ini ditekankan
pada keadaan emosi remaja.
Keadaan emosi pada masa remaja masih labil
karena erat dengan keadaan hormon. Suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain
waktu dapat marah sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri
sendiri daripada pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan
tuntutan orang tua dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja untuk
menyesuaikan diri dengan situasi dirinnya yang baru. Hal tersebut hampir sama
dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1990), yang mengatakan bahwa kecerdasan
emosi akan mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosial remaja.
Bertambahnya ketegangan emosional yang disebabkan remaja harus membuat
penyesuaian terhadap harapan masyarakat yang berlainan dengan dirinya.
Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja
mulai bersikap kritis dan tidak mau begitu saja menerima pendapat dan perintah
orang lain, remaja menanyakan alasan mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau
dilarag, remaja tidak mudah diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan
perkembangan psikologis pada remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan
kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi
peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat.
2.4 Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja (juvenile
delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum
dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak
dan dewasa.
Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH
adalah :
a.Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan
bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana,
seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.
b.Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk
menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
c.Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi
sosial.
Faktor pemicunya, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Faktor pemicunya, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Perilaku yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari
kenakalan ringan seperti membolos sekolah, melanggar peraturan-peraturan
sekolah, melanggar jam malam yang orangtua berikan, hingga kenakalan berat
seperti vandalisme, perkelahian antar geng, penggunaan obat-obat terlarang, dan
sebagainya.
Dalam batasan hukum, menurut Philip
Rice dan Gale Dolgin, penulis buku The Adolescence, terdapat dua kategori pelanggaran yang dilakukan
remaja, yaitu:
a. Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak remaja. Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan, perkosaan, dan pembunuhan.
b. Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos sekolah, minum minuman beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku yang tidak mengikuti peraturan sekolah atau orang tua.
a. Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak remaja. Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan, perkosaan, dan pembunuhan.
b. Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos sekolah, minum minuman beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku yang tidak mengikuti peraturan sekolah atau orang tua.
2.5 Penyebab Kenakalan Remaja
Perilaku ‘nakal’ remaja
bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor
dari luar (eksternal).
Faktor internal:
a. Krisis identitas: Perubahan biologis dan
sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama,
terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua,
tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal
mencapai masa integrasi kedua.
b. Kontrol diri yang
lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku
yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada
perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua
tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk
bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
a. Keluarga dan Perceraian orangtua,
tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota
keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di
keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan
agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab
terjadinya kenakalan remaja.
b. Teman sebaya yang kurang baik
c. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang
kurang baik.
Sedangkan menurut Kumpfer dan Alvarado, Faktor faktor
Penyebab kenakalan remaja antara lain :
a. Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai
nilai-nilai moral dan sosial.
b. Contoh perilaku yang
ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku dan nilai-nilai
anti-sosial.
c.Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan
di sekolah ataupun di luar sekolah, dan lainnya).
d. Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada anak.
e. Rendahnya kualitas hubungan orangtua-anak.
f. Tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam
lingkungan keluarga.
g. Kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga.
h. Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari
figur otoritas lain.
i. Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota
lain atau lingkungan baru.
j. Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat
terlarang atau melakukan kenakalan remaja.
2.6 Peranan Keluarga terhadap Kenakalan Remaja
Sarwono (1998) mengatakan bahwa keluarga merupakan
lingkungan primer pada setiap individu. Sebelum anak mengenal lingkungan yang
luas, ia terlebih dahulu mengenal lingkungan keluarganya. karena itu sebelum
anak anak mengenal norma-norma dan nilai-nilai masyarakat, pertama kali anak
akan menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di keluarganya untuk
dijadikan bagian dari kepribadiannya.
Orang tua
berperan penting dalam emosi remaja, baik yang memberi efek positif maupun
negative. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua masih merupakan lingkungan yang
sangat penting bagi remaja.
Menurut Mu’tadin
(2002) remaja sering mengalami dilema yang sangat besar antara mengikuti
kehendak orang tua atau mengikuti kehendaknya sendiri. Situasi ini dikenal
dengan ambivalensi dan hal ini akan menimbulkan konflik pada diri remaja.
Konflik ini akan mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri, sehingga
sering menimbulkan hambatan dalam
penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya, bahkan dalam beberapa kasus tidak jarang remaja
menjadi frustasi dan memendam kemarahan yang mendalam kepada orang tuanya dan
orang lain disekitarnya. Frustasi dan kemarahan tersebut seringkali di ungkapkan
dengan perilaku perilaku yang tidak simpatik terhadap orang tua maupun orang
lain yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya.
Penilitian yang
dilakukan BKKBN pada umunya masalah antara orang tua dan anaknya bukan hal hal
yang mendalam seperti maslah ekonomi, agama, social, politik, tetapi hal yang
sepele seperti tugas-tugas di rumah tangga, pakaian dan penampilan.
Menurut Nalland
(1998) ada beberapa sikap yang harus dimiliki orangtua terhadap anaknya pada
saat memesuki usia remaja, yakni :
a. Orang tua perlu lebih fleksibel dalam bertindak dan berbicara
b. Kemandirian anak diajarkan secara bertahap dengan
mempertimbangkan dan melindungi mereka dari resiko yang mungkin terjadi karena
cara berfikir yang belum matang. Kebebasan yang dilakukan remaja terlalu dini
akan memudahkan remaja terperangkap dalam pergaulan buruk, obat-obatan
terlarang, aktifitas seksual yang tidak bertanggung jawab dll
c. Remaja perlu diberi kesempatan melakukan eksplorasi positif
yang memungkinkan mereka mendapat pengalaman dan teman baru, mempelajari
berbagai keterampilan yang sulit dan memperoleh pengalaman yang memberikan
tantangan agar mereka dapat berkembang dalam berbagai aspek kepribadiannya.
d. Sikap orang tua yang tepat adalah sikap yang authoritative,
yaitu dapat bersikap hangat, menerima, memberikan aturan dan norma serta
nilai-nilai secara jelas dan bijaksana. Menyediakan waktu untuk mendengar,
menjelaskan, berunding dan bisa memberikan dukungan pada pendapat anak yang
benar.
2.7 Pergaulan Remaja
Pergaulan merupakan proses interaksi yang
dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga oleh individu dengan
kelompok.
Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa
manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai
makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan
mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang individu.
Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan
yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat
berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan hal – hal yang
positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan
bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari
jati dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya seorang sangat labil, mudah
terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru
yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau tidak. Pergaulan remaja berupa
tekanan teman bahkan sahabat, yang bias disebut dengan rasa solidaritas, ingin
diterima, dan sebagai pelarian, benar-benar ampuh untuk mencuatkan kenakalan
remaja yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja.
2.8 Remaja dan
Lingkungan Sosial
Lingkungan social meliputi teman sebaya, masyarakat
dan sekolah. Sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi remaja, karena
selain dirumah sekolah adalah lingkungan kedua dimana remaja banyak melakukan
berbagai aktifitas dan interaksi social dengan teman-temannya.
Masalah yang dialami remaja yang bersekolah
lebih besar dibandingkan yang tidak bersekolah. Hubungan dengan guru dan
teman-teman di sekolah, mata pelajaran yang berat menimbulkan konflik yang cukup besar bagi remaja. Pengaruh guru juga
sanagt besar bagi perkembangan remaja, karena guru adalah orang tua bagi remaja
ketika mereka berada disekolah.
Pada masa remaja, hubungan social memiliki peran
yang sangat penting bagi remaja. Remaja mulai memperluas pergaulan sosialnya
dengan teman teman sebayanya. Remaja lebih sering berada diluar rumah bersama
teman teman sebayanya, karena itu dapat dimengerti bahwa pengaruh teman-teman
sebayanya pada sikap, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada
pengaruh orang tua.
Brown (1997) menggambarkan empat cara khusus,
bagaimana terjadinya perubahan kelompok teman sebaya dari masa kanak-kanak ke
masa remaja :
a. Remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya
dibandingkan pada anak-anak. Pada usia 12 tahun, remaja awal mulai menjauhkan
diri dari orang dewasa dan mendekatkan diri dengan teman sebaya.
b. Remaja berusaha menghindari pengawasan yang ketat dari orang
tua dan guru dan ingin mendapatkan kebebasan. Mereka mencari tempat untuk
bertemu dimana mereka tidak terlalu diawasi. Meskipun dirumah mereka ingin
mendapatkan privasi dan tempat dimana mereka dapat mengobrol dengan teman
temannya tanpa didengar oleh keluarganya.
c. Remaja mulai banyak berinteraksi dengan teman sebaya dari jenis
kelamin yang berbeda. Walaupun anak perempuan dan laki laki berpartisipasi
dalam kegiatan dan berkelompok persahabatan yang berbeda selama masa
pertengahan kanak-kanak, tetapi pada masa remaja interaksi dengan remaja yang
berbeda jenis semakin meningkat, sejalan dengan semakin menjauhnya remaja
dengan orang tua mereka.
d. Selama masa remaja, kelompok teman sebaya menjadi lebih
memahami nilai-nilai dan perilaku dari sub-budaya remaja yang lebih besar.
Mereka juga mengidentifikasikan diri dalam kelompok pergaulan tertentu.
BAB III
SARAN DAN KESIMPULAN
3.1 Saran
Ø Perlu adanya
tindakan-tindakan baik dari orang tua, sekolah dan dari pemerintah untuk
mengawasi tindakan remaja di Indonesia agar tidak terjerumus pada kenakalan
remaja.
Ø Perlunya penanaman nilai
moral , pendidikan dan nilai religious pada diri seorang remaja.
3.2
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas , dapat disimpulkan bahwa
kenakalan remaja disebabkan oleh faktor internal yaitu krisis identitas dan
kontrol diri yang lemah serta
oleh faktor eksternal yaitu keluarga
dan Perceraian orangtua, teman sebaya yang kurang
baik, komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang
baik.
. Untuk mengurangi kenakalan remaja seperti itu diperlukan suatu
bimbingan, program pencegahan, dan evaluasi yang dapat memecahkan masalah
kenakalan remaja.
DAFTAR PUSTAKA
- http://ikartiwa.wordpress.com/2012/05/04/makalah-kenakalan-remaja/
- www.anneahira.com/narkoba/index.htm
- resources.unpad.ac.id/.../1A%20 makalah. remaja & masalahnya. pdf diunggah tanggal 6 Juni 2012
- http://irendirawan.wordpress.com/2009/04/19/bahaya-penggunaan-narkoba/ diunggah tanggal 6 Juni 2012
- Annisa.2008.”Dampak Narkoba di Kalangan Remaja”.[online]. http://annisa88.wordpress.com/2009/02/03/dampak-narkoba-di-kalangan-remaja/. diakses tanggal 8juli 2010
- Anonim.2010.”Kenakalan Remaja”.[online].http://www.anneahira.com.diakses tanggal 3 mei 2010.
- Mardiya.2009.”Menelusuri Akar Masalah Kenakalan Anak dan Remaja”.[online]. http://mardiya.wordpress.com/2009/10/25/menelusuri-akar-masalah-kenakalan-anak-dan-remaja/.diakses tanggal 7 juli 2010
- Yunita,Ratna.2008.”Penyalahgunaan Narkoba”. [online] .http://www.sadarnarkoba.com/?=65.diakses tanggal 7 juli 2010
pengalaman yang asikk .. kunjungi juga HOSTEL MURAH DI BANDUNG COCOK UNTUK BACKPACKER
BalasHapus